RANGKUMAN KELAS 6 TEMA 2 (IPS)

  

           Setiap tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia selalu mendengar petugas upacara membacakan teks proklamasi. Sebagian rakyat juga bisa mendengarnya dari radio atau dari tempat lain. Makna Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia sangatlah penting bagi bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan yang dilakukan tanggal 17 Agustus 1945 menjadi titik balik kehidupan bangsa Indonesia. Makna Proklamasi Indonesia sebagai berikut:

1. Sebagai Puncak Perjuangan Bangsa Indonesia

Indonesia yang telah berjuang mati matian mulai dari kedatangan belanda sampai pada penjajahan jepang akhirnya pada saat proklamasi perjuangan itu mencapai puncaknya.Segala tumpah darah para pahlawan terbayar ketika Indonesia berhasil memproklamasikan diri sebagai sebuah negara merdeka. Namun peristiwa ini tidak berarti sebagai titik akhir perjuangan bangsa Indonesia tetapi malah titik awal perjuangan Indonesia membangun negeri yang telah merdeka dari penjajahan.

2. Menjadi Pernyataan De Facto

Proklamasi pada tanggal 17 Agustus menjadi pengakuan kepada dunia luar negeri bahwa Indonesia terlah menyatakan diri sebagai negara yang merdeka. Setelah pengakuan de facto akan muncul pengakuan de jure yang merupakan lanjutan dari efek pengakuan de facto karena pengakuan de jure adalah pengakuan dari negara lain bahwa Indonesia telah merdeka. Secara de facto Indonesia merdeka sejak 17 Agustus 1945 Secara de jure Indonesia merdeka sejak 18 November 1946 ketika Mesir mengakui kemerdekaan Indonesia

3. Menaikkan Martabat Bangsa 

Indonesia yang dulunya hanyalah bangsa yang terjajah sejak adana proklamasi bangsa terjajah itu mengaku telah merdeka dan mengangkat harkat martabat bangsa sebagai bangsa yang merdeka dan bebas dari penjajahan oleh kolonial dan Jepang.

4. Dapat Memulai Perjuangan Sebagai Negara Baru

Sejak proklamasi lahirlah bangsa Indonesia dan sejak saat itu pemerintahan dimulai untuk membangun negara yang baru ini menjadi negara yang lebih baik lagi. Indonesia mempunyai pemerintahan sendiri dari rakyat oleh rakyatnya sendir bukan lagi dijadikan bangsa yang terjajah oleh pemerintahan luar

5. Tonggak Sejarah Negara Indonesia

Proklamasi sebagai pintu awal kemerdekaan Indonesia. Makna proklamasi menjadi lahirnya sebuah bangsa baru bernama Indonesia yang menentukan nasibnya sendiri dan tidak mau lagi dijajah oleh bangsa asing.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia memberi makna yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sejak teks Proklamasi Kemerdekaan dibacakan, rakyat Indonesia memiliki negara merdeka, berdaulat, dan bermartabat. Tonggak sejarah tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada anak bangsa yang berani memproklamirkan kemerdekaan. Mereka adalah pejuang bangsa yang tidak boleh dilupakan.

Berikut adalah para pejuang bangsa yang telah berjasa terhadap kemerdekaan negara Indonesia. 

Ir. Soekarno merupakan salah satu orang yang  berjasa dalam mendirikan negara Republik Indonesia sebagai negara berdaulat. Bung Karno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Bung Karno menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Hatta dan Mr. Achmad Soebardjo. Ia kemudian  menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia bersama Bung Hatta. Bung Karno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kediamannya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. 

Drs. H. Mohammad Hatta atau Bung Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat, 12 Agustus 1902. Beliau wafat di Jakarta, 14 Maret 1980 pada usia 77 tahun. Bung Hatta menyusun konsep teks proklamasi bersama Bung Karno dan Mr. Achmad Soebardjo. Ia ikut menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia bersama Bung Karno. Mohammad Hatta adalah Wakil Presiden pertama Indonesia. Selain itu, beliau adalah Bapak Koperasi Indonesia.

Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo lahir di Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896 dan wafat 15 Desember 1978 pada umur 82 tahun. Beliau adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Achmad Soebardjo merupakan salah seorang tokoh dari golongan tua yang berperan dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Achmad Soebardjo ikut menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Karno dan Bung Hatta.

Laksamana Tadashi Maeda adalah seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Beliau membantu persiapan konsep teks Proklamasi Kemerdekaan dengan mempersilakan rumahnya digunakan untuk kegiatan yang sangat penting. Di rumahnya berkumpul para tokoh bangsa yang berjasa besar. Walaupun beliau orang Jepang, beliau rela membantu Indonesia karena simpati terhadap rakyat Indonesia. 

Sukarni lahir di Blitar, Jawa Timur, 14 Juli 1916. Beliau wafat di Jakarta, 7 Mei 1971 pada usia 54 tahun. Nama lengkapnya adalah Sukarni Kartodiwirjo. Sukarni adalah salah seorang tokoh pemuda dan pejuang yang gigih melawan penjajah. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi adalah Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa

Indonesia.

Fatmawati yang bernama asli Fatimah, lahir di Bengkulu pada tahun 1923 dan meninggal dunia di Jakarta pada tahun 1980. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Kalibata, Jakarta. Fatmawati menjahit bendera pusaka sang Saka Merah Putih yang dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Teks Proklamasi Kemerdekaan diketik oleh Sayuti Melik.

Sayuti Melik adalah tokoh pemuda yang juga sangat berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi setelah ia sempurnakan dari tulisan tangan Bung Karno.

Pengibar Sang Saka Merah Putih

Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih adalah sebutan bagi bendera Indonesia yang pertama. Bendera Pusaka dijahit oleh Ibu Fatmawati, istri presiden Soekarno. Bendera Pusaka pertama kali dinaikkan pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan melibatkan banyak pihak. Salah satunya adalah mereka yang mengibarkan Sang Saka Merah Putih. Berkibarnya bendera Merah Putih menegaskan berdirinya negara  Indonesia yang merdeka dan berdaulat.

Abdul Latif Hendraningrat adalah salah satu pengibar bendera pada 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur, Jakarta. Ia adalah lulusan Sekolah Tinggi Hukum. Saat menjadi mahasiswa, ia mengajar Bahasa Inggris di beberapa sekolah menengah swasta, seperti yang dikelola oleh Muhammadiyah dan perguruan rakyat. Ia juga ditugaskan ke New York untuk memimpin rombongan tari.

Abdul Latif Hendraningrat pernah menjadi pasukan Pembela Tanah Air (PETA) dan ikut dalam berbagai pertempuran. Ia pernah menjabat komandan komando kota ketika Belanda menyerbu Yogyakarta (1948). Kemudian ia ditunjuk sebagai atase militer RI untuk Filipina (1952), lalu dipindahkan ke Washington hingga tahun 1956.

Ilyas Karim pertama kali muncul dalam pemberitaan pada Agustus 2008. Ia mengaku sebagai pengibar pertama bendera merah putih bersama Latief Hendraningrat. Dalam pengakuannya, ia adalah orang bercelana pendek yang tampak dari belakang dalam foto pengibaran bendera merah putih pada proklamasi kemerdekaan Indonesia. Selama ini orang tersebut dikenal publik sebagai Suhud Sastro Kusumo.

Menurut pengakuan Ilyas, pada waktu itu, ia adalah seorang murid di Asrama Pemuda Islam (API) yang bermarkas di Menteng, Jakarta Pusat. Malam hari sebelum pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia, Ilyas beserta 50-an teman dari API diundang ke rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. Saat berkumpul di rumah Soekarno itulah Sudanco (Komandan Peleton) Latief Hendradinigrat menunjuknya untuk menjadi pengibar bendera di acara proklamasi kemerdekaan keesokan harinya. Satu orang pengibar yang lain yang ditunjuk adalah Sudanco Singgih, seorang tentara PETA. Ia ditunjuk karena merupakan yang paling muda, saat itu ia berumur 18 tahun.

 

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

1. Pertempuran Surabaya


Pada tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Mallaby. Tanggal 27-30 Oktober 1945, terjadi kontak senjata antara para pemuda Indonesia dengan pasukan Inggris. Dalam pertempuran ini, pasukan Inggris dapat dipukul mundur.

Bahkan, puncak dari pertempuran tersebut adalah terbunuhnya pemimpin pasukan Inggris, Brigadir Jendral Mallaby.

Pada tanggal 9 November 1945, Inggris mengeluarkan ultimatum yg berisi

“semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan”.

Namun, ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia. Pada tanggal  10 November 1945 terjadi pertempuran yang sangat dahsyat. Pasukan Inggris menggempur Surabaya dari darat, laut, dan udara. Peristiwa 10 November ini diperingati sebagai Hari Pahlawan. 

2. Pertempuran Ambarawa
Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang. Kedatangan Sekutu ini diboncengi oleh Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut justru dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia.
Pada tanggal 26 Oktober 1945 di kota Magelang terjadi pertempuran antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pasukan gabungan Inggris dan NICA. Insiden tersebut terhenti setelah Soekarno dan Brigadir Bethell melakukan perundingan dan memperoleh kata sepakat.
Namun, ternyata pihak Sekutu mengingkari janji. Pada tanggal 12 Desember 1945, pertempuran berkobar di Ambarawa. Kolonel Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi, sehingga musuh benar-benar terkurung.

Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir. Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur. Kemenangan ini diperoleh berkat kerja sama dari seluruh rakyat di Ambarawa. Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya “Monumen Palagan Ambarawa” dan diperingati sebagai hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.

3.  Bandung Lautan Api

Peristiwa ini terjadi pada bulan Oktober 1945 ketika pasukan sekutu memasuki kota Bandung untuk mengambil alih tawanan Jepang dan melucuti senjata mereka. Pihak Sekutu juga meminta Indonesia untuk menyerahkan senjata yang berhasil dirampas dari pihak Jepang. Namun permintaan itu tidak dihiraukan oleh Indonesia akhirnya tanggal 23 Maret 1946 meletuslah pertempuran tersebut. Adanya perintah dari pusat untuk mengosongkan kota Bandung, akhirnya pasukan meninggalkan kota Bandung dengan terlebih dahulu membumihanguskan kota Bandung bagian selatan.

4.  Peristiwa Medan Area

Peristiwa ini bermula dengan kedatangan pasukan sekutu yang diboncengi NICA pada tanggal 9 Oktober 1945. Kedatangan mereka yang bermaksud untuk memperkuat pasukan Westerling (Belanda) yang diterjunkan sebelumnya akhirnya memberikan kesimpulan bahwa Belanda bermaksud untuk menjajah kembali. Akhirnya terjadi ketegangan-ketegangan yang menimbulkan konflik antara Inonesia dengan Belanda.

5.  Peristiwa Merah Putih di Menado

Terjadi pada tanggal 14 Desember 1945 di mana para pemuda Menado yang tergabung dalam pasukan KNIL bersama rakyat berhasilo merebut Menado, Tomohon, dan Minahasa dari tangan sekutu/Belanda. Daerah yang direbut tersebut dikibarkan bendera Merah Putih.

6. Pertempuran Lima Hari di Semarang (14-19 Oktober 1945)

Pada peristiwa ini gugur Dokter Karyadi yang ditembak pasukan Jepang. Akhirnya pecah perang antara pasukan Jepang dengan rakyat Indonesia dan pasukan Jepang yang mengakibatkan banyaknya korban

7.  Pertempuran Puputan Margarana di Bali

Puputan artinya perang habis-habisan. Perang ini terjadi pada tanggal 26 November 1946 antara pasukan Belanda dan rakyat Bali. Dalam peperangan ini tokoh Ngurah Rai dan seluruh pasukannya gugur.

8.  Pertempuran 11 Desember 1946 di Sulawesi Selatan

Pertempuran ini terjadi di wilayah Sulawesi Selatan sperti Polongbangkeng, Pare-Pare, dan Luwu. Pejuang yang gugur salah satunya yaitu Emmy Saelan.

9.  Agresi Militer Belanda I

Terjadi tanggal 21 Juli 1947 di mana Belanda telah melanggar Perjanjian Linggarjati dengan melancarkan serangan secara tiba-tiba.  Serangan tersebut diarahkan di kota-kota besar di Jawa dan Sumatra terutama daerah minyak dan perkebunan.

10.       Agresi Militer Belanda II

Terjadi pada tanggal 19 Desember 1948 di Yogyakarta. Serangan ini telah melanggar Perjanjian Renville. Melihat hal ini, Sukarno dan Hata mengirim radiogram kepada Mr Syarifudin Prawiranegara yang berkunjung di Bukittinggi Sumatra untuk segera membentuk pemerintahan darurat RI di Bukittinggi.

 

Berbagai bentuk perlawanan untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah telah dilakukan. Meskipun saat itu perjuangan banyak yang masih bersifat kedaerahan. Beberapa contoh pahlawan yang ikut melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda, antara lain sebagai berikut.

 

1.  Sultan Agung melakukan perlawanan di Mataram.

2. Sultan Hassanudin melakukan perlawanan di Makassar.

3. Sultan Ageng Tirtoyoso melakukan perlawanan di Banten dan Jakarta.

5. Imam Bonjol melakukan perlawanan di Sumatera Barat.

6. Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan di Jawa.

7. Cut Nyak Dien dan Teuku Umar melakukan perlawanan di Aceh.

8. Pangeran Antasari melakukan perlawanan di Banjarmasin.

 

Perundingan Linggarjati

·     Perundingan Linggarjati Belanda masih belum mengakui kedaulatan NKRI secara de facto, meski Indonesia sudah menyatakan proklamasi kemerdekaannya. 

·     Karenanya, perundingan diadakan untuk membahas hal tersebut yang dinamai Perjanjian Linggarjati. 

·     Perundingan Linggarjati dilakukan di Subang Jawa Barat pada 10-15 November 1946 dan disahkan pada 25 Maret 1947. 

·     Pada perundingan tersebut, wakil dari Indonesia adalah Sutan Sjahrir dan wakil dari Belanda adalah Prof. Schermerhorn.

Beberapa persetujuan yang dicapai di Perundingan Linggarjati adalah:

1.     Belanda mengakui RI secara de facto atas Jawa, Madura, dan Sumatra. 

2.     Dibentuknya negara negara federal dengan nama Republik Indonesia Serikat, dimana RI menjadi salah satu negara bagiannya. 

3.     Pembentukan Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai kepala uni.

Perundingan Renville

·     Perundingan Renville Meskipun sudah tercapai beberapa persetujuan di Perjanjian Linggarjati, Belanda tetap melanggar perjanjian tersebut.  Belanda melakukan Agresi Militer I secara serentak pada 21 Juli 1947 di kota-kota besar di wilayah RI di Jawa dan Sumatera.

·     Dunia internasional mengecam tindakan Belanda yang melanggar perjanjian tersebut.

·     PBB kemudian turun tangan dengan membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) untuk menyelesaikan masalah ini. 

·     Anggota dari KTN yaitu Australia sebagai wakil Indonesia (Richard C. Kirby),

·     Belgia sebagai wakil Belanda (Paul Van Zeeland), dan Amerika Serikat sebagai penengah  (Prof. Dr. Frank Graham).

·     Perundingan mengenai masalah agresi militer Belanda dilakukan di atas kapal Amerika serikat, USS Renville, pada 17 Januari 1948.

·     Kapal USS Renville pada saat itu sedang bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok.  Delegasi dari Indonesia diketuai oleh Perdana Menteri Amir Syarifudin dan Belanda memilih seorang Indonesia bernama R. Abdulkadir Wijoyoatmojo sebagai ketua. 

·     Hasil dari perundingan Renville adalah:

1.     Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya RIS. 

2.     RI memiliki kedudukan sejajar dengan Belanda. 

3.     RI menjadi bagian RIS dan akan diadakan pemilu untuk membentuk Konstituante RIS.

4.     Tentara Indonesia di daerah Belanda atau daerah kantong harus dipindahkan ke wilayah RI. 

Perundingan Roem-Royen

·         Perundingan Roem-Royen Perundingan untuk mempertahankan kedaulatan NKRI selanjutnya adalah Perundingan Roem-Royen. 

·         Perundingan ini diadakan karena Belanda kembali melanggar perjanjian sebelumnya yaitu Perjanjian Renville. 

·         Belanda melancarkan Agresi Militer II sehingga memaksa Indonesia mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi, Sumatera Barat. 

·         Pendirian pemerintahan darurat ini di bawah komando dari Syafruddin Prawiranegara. Belanda kembali mendapatkan kecaman keras dari dunia internasional karena pelanggaran tersebut. 

·         Karena hal tersebutlah, perundingan kembali diadakan yaitu Perundingan Roem-Royen. Perundingan ini digelar di Jakarta pada 7 Mei 1949. Ketua delegasi dari Indonesia adalah Mr. Moh. Roem, dan wakil dari Belanda diketuai oleh Dr. J.H Van Royen. 

·         Merle Cochran dari UNCI menjadi mediator dari perundingan Roem-Royen ini. Hasil dari Perundingan Roem-Royen adalah:

1.     Menghentikan perang gerilya dan Indonesia-Belanda bekerja sama memelihara ketertiban dan keamanan. 

2.     Kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta dan bersedia turut serta mengikuti Konferensi Meja Bundar yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat. 

Konferensi Meja Bundar

·         Konferensi Meja Bundar Sesuai dengan hasil dari Perjanjian Roem-Royen, Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan tidak lama setelah perjanjian tersebut selesai. 

·         Konferensi ini diadakan di Den Haag, Belanda yang berlangsung pada 23 Agustus hingga 2 November 1949. 

·         Delegasi Indonesia dipimpin oleg Drs. Moh. Hatta, dan delegasi dari BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II. Hasil dari KMB tersebut diantaranya:

·         Belanda mengakui kedaulatan Indonesia paling lambat 30 Desember 1949.  Indonesia berbentuk negara serikat dan merupakan sebuah uni dengan Belanda. 

·         Uni Indonesia-Belanda dipimpin oleh Ratu Belanda.  Permasalahan Irian Barat yang merupakan daerah perselisihan akan diselesaikan dalam waktu satu tahun. 

·         Hasil KMB tersebut merupakan hasil maksimal yang bisa didapat meskipun banyak pihak yang tidak puas. 

1.     Pada 27 Desember 1949, dilakukan penyerahan kedaulatan dari belanda kepada RIS. 

2.     Perjuangan bangsa Indonesia melalui perjuangan bersenjata dan diplomasi mampu memaksa Belanda untuk mengakui kedaulatan Republik Indonesia. 

3.     Belanda juga dipaksa keluar dari wilayah RI yang ditandai dengan upaca pengakuan kedaulatan Indonesia yang merupakan tindak lanjut dari hasil KMB.


 

Comments